Sabtu, 18 Juni 2022

TAFAKUR Berteman Bulan



Sebuah ajakan untuk mendirikan Qiyamul lail, Tahajud yuk!


Matahari boleh saja menyebut dirinya sebagai: Sang Surya. Tapi Bulan-lah yang punya nama lebih dari satu. Ada Bulan Purnama, Hilal, Bulan Separuh Semangka, Bulan Pisang, Bulan Sabit. Bulan keemasan. 


Apalagi dengan makna yang tidak sebenarnya, tanggung bulan, datang bulan atau bulan-bulanan.



Ketika aku pergi, di tengah padang rumput yang luas. Malam hari, di antara ribuan kelip di antariksa cahaya bulan pun menemani. Perasaan akan terasa damai bila di antara keremangan malam, kita tengah sendiri lalu menatap bulan. 


Ternyata kita tak sendiri ketika malam cahaya bulan senantiasa menemani. Bila mendung, bulan memang tak terlihat tapi pantulan cahayanya menerobos di antara awan mendung.


Di malam hari bangunlah berwudlu dan tataplah ke angkasa raya. Di antara ribuan cahaya di jagad raya kamu akan melihat bulan. Pernahkah kamu bercakap-cakap dengan bulan? 

Dia teman curhat yang baik, lho. 

Dan bulan saksi abadi bagi malam hari.


Salah satu ciri orang shalih adalah berteman dengan bulan. Orang Shalih akrab dengan malam.  Sayangnya  malam dan siang kita temui setiap hari. Rutinitas ini menjadi hal yang biasa. Padahal malam adalah momentum sangat berharga bagi mereka yang menginginkan keridhaan Allah SWT.


Malam memiliki dua manfaat yang tak terpisahkan. Malam melindungi kita dari keletihan sekaligus sebagai momentum yang sangat istimewa untuk melebur dosa dan meraih ampunan dari Allah SWT.


Dalam sebuah hadits diriwayatkan, “Sesungguhnya Rasulullah  membenci tidur sebelum Isya dan membenci obrolan setelah Isya.” (Muttafaqun Alaih).


Syeikh Nashiruddin al-Albani menjelaskan, boleh seorang Muslim tidak segera tidur setelah shalat Isya dengan catatan yang diobrolkan adalah hal-hal yang positif, seperti: mengulang-ulang pelajaran, menceritakan orang-orang shalih, atau tentang akhlak mulia, bicara dengan tamu, dan lain semacamnya.


Menikmati bulan berteman dengan malam sungguh indah. Ketika semua ternyenyak, bangunlah dan tatap ke angkasa, Anda akan merasakan kekuatan Maha Dahsyat yang meresapi dalam aliran darah dan menjadi energi di pagi hari. Aktivitas siang Anda menjadi begitu efektif. 

Setelah tahajud, sambutlah subuh. Berteman dengan bulan jangan digunakan sekadar untuk menunggu pagi.


Seperti bulan, manusia tidak memiliki cahaya. 

Tapi orang yang rajin shalat malam akan mendapat janji Allah berupa cahaya kemuliaan. Dia akan bermandikan cahaya. Jadinya seperti bulan dia akan memantulkan cahaya. Insan seperi ini akan menerangi sekitarnya.


اِنَّ الۡمُتَّقِيۡنَ فِىۡ جَنّٰتٍ وَّعُيُوۡنٍۙ


اٰخِذِيۡنَ مَاۤ اٰتٰٮهُمۡ رَبُّهُمۡؕ اِنَّهُمۡ كَانُوۡا قَبۡلَ ذٰلِكَ مُحۡسِنِيۡنَؕ


كَانُوۡا قَلِيۡلًا مِّنَ الَّيۡلِ مَا يَهۡجَعُوۡنَ


وَبِالۡاَسۡحَارِ هُمۡ يَسۡتَغۡفِرُوۡنَ



“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa ada di dalam surga dan dekat dengan air yang mengalir. Sambil mengambil apa yang diberi oleh Tuhan mereka. Sesungguhnya mereka sebelum ini di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik. Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun kepada Allah.” 


QS az-Zariat ayat 15-18 


Eman Mulyatman | TAFAKUR Majalah Sabili


#JejakSabili


Silakan Klik 

Mafaza-Store

Lengkapi Kebutuhan Anda

Tidak ada komentar: